Rabu, 10 Maret 2010

Memandang Wajah-Nya

Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila penduduk surga telah masuk surga.” Nabi berkata, “Maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu tambahan dari-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?’.” Nabi berkata, “Maka Allah pun menyingkapkan hijab -yang menutupi wajah-Nya-. Dan tidaklah ada kenikmatan yang diberikan kepada mereka yang lebih mereka sukai daripada memandang Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/297])

Hadits yang mulia ini memberikan pelajaran, di antaranya:

1. Wajib mengimani adanya surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya serta mengimani adanya neraka dan kesengsaraan yang ada di dalamnya

2. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan Neraka adalah negeri yang penuh kesengsaraan

3. Penetapan bahwa Allah berkata-kata

4. Kenikmatan paling agung adalah memandang wajah Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ketika hari itu wajah-wajah berseri, mereka memandang kepada Rabb mereka.” (QS. al-Qiyamah: 22-23). Abu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau menafsirkan ayat ini, “Yaitu melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Bagi mereka -penduduk surga- apa saja yang mereka inginkan di dalamnya -di surga- dan di sisi Kami masih ada tambahan -nikmat-.” (QS. Qaaf: 35). ath-Thabari meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik radhiyallahu’anhuma, mereka mengatakan, “Maksudnya -tambahan nikmat- adalah memandang wajah Allah ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190). Inilah yang dipahami oleh para sahabat, di antaranya: Abu Bakar, Hudzaifah, dan Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhum, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 191). Maka senikmat-nikmat apapun pemandangan di dunia, maka melihat wajah Allah di akherat kelak jauh lebih nikmat di atas segala-galanya, semoga Allah menganugerahkan nikmat itu kepada kita…

5. Orang-orang beriman akan merasakan kenikmatan memandang wajah Allah di akherat kelak. Hadits-hadits yang menunjukkan bahwa orang-orang beriman akan melihat Allah di akherat adalah hadits-hadits yang mutawatir. Ada sekitar tiga puluh orang sahabat yang meriwayatkan hal ini (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 193-194).

6. Mengimani adanya hari kebangkitan setelah kematian

7. Mengimani perkara gaib sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

8. Mengimani adanya pembalasan amal

9. Targhib (motivasi) agar orang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta tarhib (ancaman) agar orang-orang tidak durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena orang yang taat akan masuk surga, sedangkan orang yang durhaka akan masuk neraka.

10. Di surga manusia memiliki rasa cinta (mahabbah)

11. Kenikmatan di surga itu bertingkat-tingkat

12. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wahyu dari Allah, maka kita wajib membenarkannya dan tidak boleh mendustakan atau meragukannya

13. Semestinya manusia itu berpikir ke depan, bagaimanakah nasibnya kelak di akherat. Apakah dia ingin termasuk penghuni neraka atau penduduk surga? Sehingga dia akan memanfaatkan waktunya di dunia ini sebaik-baiknya demi menggapai kebahagiaan yang sebenarnya

14. Kenikmatan dunia ini tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan akherat

15. Bodoh sekali orang yang menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia yang fana

0 komentar:

Posting Komentar