Selasa, 09 Maret 2010

Siapkah Punya Suami Yang Tidak Sholeh?

Ada dua kemungkinan: 1.Menikahi lelaki bertipe firaun karena cobaan dari Allah (Seperti kisah Asiyah). dan 2. wanita yg Menikahi lelaki tipe firaun karena musibah/kesalahan sendiri (khilaf terpesona rayuan dunia).
Tidak Selalu wanita baik/shalihah menikah dengan pria baik/shalih. selalu akan ada pengecualian. Selalu ada resiko berat bila menikah dengan pria tidak shalih bahkan resiko menikahi pria zhalim/jahat seperti firaun.

Tulisan ini memotret dun-ya nyata dengan kata tentang firaun firaun kecil: ada banyak wanita baik2 yang kena musibah akibat nekat menikahi lelaki bertipe seperti firaun (berkuasa dan kaya). wanita itu bisa jadi sedang khilaf tertutup rasa cinta pada ketampanan, kekayaan atau kekuasaan sehingga melupakan resiko menikahi pria kaya berkuasa namun tidak ada bukti keshalihannya. seperti bukti di http://www.ayahara.cybermq.com/post/detail/184/agar-dapat-jodoh-bergelar-mm

Berikut ini resiko, bila wanita mendapat taqdir menikah dengan lelaki bertipe firaun:
1. Pada saat perkenalan si firaun ini terlihat baik, sopan, seolah shalih seperti di
http://www.ayahara.cybermq.com/post/detail/7374/taaruf-di-dun-ya-maya-hindari-resikonya
namun dia tak lupa menebar pesona dengan kekayaan dan kekuasaannya. Begitu berhasil menikahinya maka keluarlah sifat aslinya, ketika selisih paham atau beda pendapat si suami sering main kekerasan fisik (mulai dari menampar pipi seperti di sinetron/film, pukul dengan bogem mentah, sampai menendang istrinya sendiri)

2. resiko yang paling berbahaya sampai akhirat ialah: suami memaksa istri atau menjebak istri berbuat syirik (menyuruh ke dukun, melarang shalat dan sebagainya)

bila istri menyerah/patuh pada suami seperti firaun tersebut, maka akan berat resikonya yaitu kesengsaraan di akhirat.

namun sebaliknya bila sang istri tsb teguh pada keimanan mencontoh potret sejarah cobaan yg terjadi pada Asiyah (istri firaun) yang teguh imannya melawan paksaan suaminya firaun.

bila ada wanita ditaqdirkan mendapat cobaan seperti Asiyah maka bacalah kisahnya Asiyah
berikut ini kisahnya yang saya kopas dari Artikel muslimah.or.id:
*********
Sebagaimana keteguhan salah seorang putri (bernama Asiyah), istri dari seorang suami yang menjadi musuh Allah Rabb alam semesta. Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun.

Ketika mengetahui keimanan istrinya kepada Allah, maka murkalah Fir’aun. Dengan keimanan dan keteguhan hati, wanita shalihah tersebut tidak goyah pendiriaannya, meski mendapat ancaman dan siksaan dari suaminya.

Kemudian keluarlah sang suami yang dzalim ini kepada kaumnya dan berkata pada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahaim?” Mereka menyanjungnya.Lalu Fir’aun berkata lagi kepada mereka,“Sesungguhnya dia menyembah Tuhan selainku.” Berkatalah mereka kepadanya,“Bunuhlah dia!”

Alangkah beratnya ujian wanita ini, disiksa oleh suaminya sendiri.

Dimulailah siksaan itu, Fir’aun pun memerintahkan para algojonya untuk memasang tonggak. Diikatlah kedua tangan dan kaki Asiyah pada tonggak tersebut, kemudian dibawanya wanita tersebut di bawah sengatan terik matahari. Belum cukup sampai disitu siksaan yang ditimpakan suaminya. Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Subhanallah…saudariku, mampukah kita menghadapi siksaan semacam itu? Siksaan yang lebih layak ditimpakan kepada seorang laki-laki yang lebih kuat secara fisik dan bukan ditimpakan atas diri wanita yang bertubuh lemah tak berdaya. Siksaan yang apabila ditimpakan atas wanita sekarang, mugkin akan lebih memilih menyerah daripada mengalami siksaan semacam itu.

Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya.

Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini. Ketika Fir’aun dan algojonya meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya.

Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdo’a memohon untuk dibuatkan rumah di surga. Allah mengabulkan doa Asiyah, maka disingkaplah hijab dan ia melihat rumahnya yang dibangun di dalam surga. Diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam al-Qur’an,

“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.” (Qs. At-Tahrim:11)

Ketika melihat rumahnya di surga dibangun, maka berbahagialah wanita mulia ini. Semakin hari semakin kuat kerinduan hatinya untuk memasukinya. Ia tak peduli lagi dengan siksaan Fir’aun dan algojonya. Ia malah tersenyum gembira yang membuat Fir’aun bingung dan terheran-heran. Bagaimana mungkin orang yang disiksa akan tetapi malah tertawa riang? Sungguh terasa aneh semua itu baginya. Jika seandainya apa yang dilihat wanita ini ditampakkan juga padanya, maka kekuasaan dan kerajaannya tidak ada apa-apanya.

Maka tibalah saat-saat terakhir di dunia. Allah mencabut jiwa suci wanita shalihah ini dan menaikkannya menuju rahmat dan keridhaan-Nya. Berakhir sudah penderitaan dan siksaan dunia, siksaan dari suami yang tak berperikemanusiaan.

Saudariku..tidakkah kita iri dengan kedudukan wanita mulia ini? Apakah kita tidak menginginkan kedudukan itu? Kedudukan tertinggi di sisi Allah Yang Maha Tinggi. Akan tetapi adakah kita telah berbuat amal untuk meraih kemuliaan itu? Kemuliaan yang hanya bisa diraih dengan amal shalih dan pengorbanan. Tidak ada kemuliaan diraih dengan memanjakan diri dan kemewahan.

Saudariku..tidakkah kita menjadikan Asiyah sebagai teladan hidup kita untuk meraih kemuliaan itu? Apakah kita tidak malu dengannya, dimana dia seorang istri raja, gemerlap dunia mampu diraihnya, istana dan segala kemewahannya dapat dengan mudah dinikmatinya. Namun, apa yang dipilihnya? Ia lebih memilih disiksa dan menderita karena keteguhan hati dan keimanannya. Ia lebih memilih kemuliaan di sisi Allah, bukan di sisi manusia. Jangan sampailah dunia yang tak seberapa ini melenakan kita. Melenakan kita untuk meraih janji Allah Ta’ala, surga dan kenikmatannya.

Saudariku…jangan sampai karena alasan kondisi kita mengorbankan keimanan kita, mengorbankan aqidah kita. Marilah kita teladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya menggoyahkan keyakinana kita. Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan surga tertinggi yang penuh kenikmatan.

Maraaji’:
14 Wanita Mulia dalam sejarah Islam (terjemahan dari Nisa’ Lahunna Mawaqif) karya Azhari Ahmad Mahmud

***

0 komentar:

Posting Komentar