Senin, 11 Februari 2013

METODE SALAF DALAM MENERIMA ILMU




Oleh
Syaikh Abdul Adhim Badawi
http://almanhaj.or.id/content/3446/slash/0/metode-salaf-dalam-menerima-ilmu/

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [al-Ahzab/33 : 36]

Dari fenomena yang tampak pada saat ini, (kita menyaksikan)
khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali,
melebihi pada zaman para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
tabi'in (orang-orang yang berguru kepada para sahabat) serta tabiut
tabiin (orang-orang yang berguru kepada tabi'in). Namun bersamaan itu
pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan (perintah
Allah dan RasulNya) namun, sering juga kita tidak melihat ketaatan,
dan sering kali kita mengetahuinya, namun seringkali juga kita tidak
mengamalkan.

Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tabiin dan tabiut tabiin yang mereka itu hidup pada
masa yang mulia. Sungguh pada masa mereka nasehat-nasehat,
khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah
seorang sahabat (yang artinya ) : " Adalah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana
kita giat, lantaran khawatir kita bosan" [Muttafaqun Alaihi]

Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak
perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yang mereka dengar dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana
keadaan tentara yang wajib melaksanakan komando atasannya di medan
pertempuran, dan kalau tidak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah
yang akan dialami.

Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu
Allah 'Azza wa Jalla dengan perantaraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam dengan sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan.
Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dalam mengamalkan perintah dan
larangan yang mereka dengar, dan juga tidak terlambat mengamalkan ilmu
yang mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Inilah contoh yang menerangkan bagaimana keadaan sahabat Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mendapatkan wahyu dari Allah
'Azza wa Jalla. Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya
ayat dalam surat Al-Ahzab ayat 36 ini (dengan berbagai macam sebab) ,
saya merasa perlu untuk menukilnya, inilah sebab turunnya ayat itu :

Para ahli tafsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menginginkan untuk menghancurkan adanya perbedaan-perbedaan
tingkatan (kasta) di antara manusia, dan melenyapkan penghalang antara
fuqara (orang-orang fakir) dan orang-orang kaya. Dan juga antara
orang-orang yang merdeka (yaitu bukan budak dan bukan pula
keturunannya), dengan orang-orang yang (mendapatkan nikmat Allah 'Azza
wa Jalla) menjadi orang merdeka sesudah dulunya menjadi budak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin menerangkan kepada
manusia bahwa mereka semua seperti gigi yang tersusun, tidak ada
keutamaan bagi orang Arab terhadap selain orang Arab, dan tidak ada
keutamaan atas orang yang berkulit putih terhadap yang berkulit hitam
kecuali ketaqwaan (yang membedakan antara mereka). Sebagaimana firman
Allah 'Azza wa Jalla.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ

"Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [al-Hujurat /49 : 13]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menanamkan dalam hati manusia
mabda' (pondasi) ini. Dan barangkali, dalam keadaan seperti ini,
perkataan sedikit faedah dan pengaruhnya, yang demikian itu disebabkan
karena fitrah manusia ingin menonjol dan cinta popularitas. Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat untuk menanamkan
pondasi ini dalam jiwa-jiwa manusia dalam bentuk amal perbuatan (yang
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam wujudkan) dalam lingkungan
keluarga serta kerabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini
dikarenakan amal perbuatan lebih banyak memberi kesan dan pengaruh
yang mendalam dalam hati manusia, dari hanya sekedar berbicara semata.

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi kepada Zainab
binti Jahsiy anak perempuan bibi beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
(kakek Zainab dan kakek Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama
yaitu Abdul Mutthalib seorang tokoh Quraisy) untuk meminangnya. Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengawinkannya dengan budak beliau
Zaid bin Haritsah yang telah diberi nikmat Allah menjadi orang merdeka
(lantaran dibebaskan dari budak). Lalu tatkala beliau menyebutkan
bahwa beliau akan menikahkan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti
jahsiy, berkatalah Zainab binti Jahsiy : "Saya tidak mau menikah
dengannya". Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab
: "Engkau harus menikah dengannya". Dijawab oleh Zainab : "Tidak, demi
Allah, selamanya saya tidak akan menikahinya".

Ketika berlangsung dialog antara Zainab dan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam, Zainab mendebat dan membantah beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam, kemudian turunlah wahyu yang memutuskan perkara itu
:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [al-Ahzab/33 : 36]

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat
tersebut kepada Zainab, maka berkatalah Zainab : "Ya Rasulullah !
apakah engkau ridha ia menjadi suamiku ?" Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab : "Ya", maka Zainab berkata : "Jika
demikian aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu akupun
menikah dengan Zaid".

Demikianlah Zainab binti Jahsiy menyetujui perintah Allah dan
RasulNya, dan hanyalah keadaannya tidak setuju pada awal kalinya,
lantaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah menawarkan
dan bermusyawarah dengannya. Maka tatkala turun wahyu, perkaranya
bukan hanya perkara nikah atau meminang, setuju atau tidak setuju,
tetapi (setelah turunnya wahyu), perkaranya berubah menjadi ketaatan
atau bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.

Tidak ada jalan lain didepan Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha
(semoga Allah meridhainya), melainkan harus mendengar dan taat kepada
Allah dan RasulNya, dan kalau tidak taat maka berarti telah durhaka
kepada Allah dan RasulNya, sedangkan Allah berfirman.

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Artinya : Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [al-Ahzab/33 : 36]

Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu
dari Allah 'Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan
petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta
larangan-larangan Allah dan RasulNya, akan tetapi seolah-olah kita
tidak mendengarkannya sedikitpun. Dan Allah Jalla Jalaluhu telah
menerangkan bahwa manusia yang paling celaka adalah manusia yang tidak
dapat mengambil manfaat suatu nasehat, Allah berfirman.

فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَىٰ سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَىٰ
وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَىٰ ثُمَّ
لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَىٰ

"Artinya : Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu
bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang
akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup" [al-A'la/87 : 9-13]

Dan Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan keadaan orang munafik tatkala
mereka hadir dalam majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
mereka hadir dengan hati yang lalai.

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا
تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ
كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ
قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

"Artinya : Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka
menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan
perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada
mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah
terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah
mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?" [al-Munafiqun/63 : 4]

Lalu tatkala bubar dari majelis, mereka tidak memahami sedikitpun,
Allah berfirman.

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّىٰ إِذَا خَرَجُوا مِنْ
عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا ۚ
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا
أَهْوَاءَهُمْ

"Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan
perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata
kepada orang yang lebih diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi)
: 'Apakah yang dikatakan tadi ?' Mereka itulah orang-orang yang
dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka"
[Muhammad/47 : 16]

Takutlah terhadap diri-diri kalian ! (wahai hamba Allah), dari keadaan
yang terjadi pada orang-orang munafik, berusaha dan bersemangatlah
untuk bersikap sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Ketahuilah ! sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla telah mencela
orang-orang yang berpaling dan lalai, sungguh Allah 'Azza wa Jalla
memuji orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu memahami seperti
yang dimaksud oleh Allah 'Azza wa Jalla, lalu mengamalkannya, Allah
'Azza wa Jalla berfirman.

فَبَشِّرْ عِبَادِ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ
هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ

"Artinya : Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu,
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk
dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal" [az-Zumar/39 :
17-18]

Ketahuilah wahai hamba Allah yang muslim, bahwa tidak ada pilihan bagi
kalian terhadap perintah Allah yang diperintahkan kepadamu ! tidak ada
lagi pilihan bagimu ! baik engkau kerjakan ataupun tidak.

Tidak ada lagi pilihan bagimu terhadap larangan Allah 'Azza wa Jalla
yang engkau dilarang darinya ! baik engkau tinggalkan ataupun tidak !
Engkau dan apa yang engkau miliki semuanya adalah milik Allah 'Azza wa
Jalla engkau hamba Allah, dan Allah 'Azza wa Jalla adalah tuanmu. Bagi
seorang hamba, hendaknya mencamkan dalam dirinya untuk mendengar dan
taat kepada perintah tuannya, sekalipun perintah itu nampak berat atas
dirinya. Dan kalau tidak taat, tentu akan mendapatkan murka dari
majikannya.

Dan Allah 'Azza wa Jalla telah meniadakan keimanan dari orang-orang
yang tidak ridha dengan hukumNya dan tidak tunduk kepada RasulNya dan
perintah RasulNya, Allah berfirman.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [al-Ahzab/33 : 36]

Sesudah itu, hendaklah anda (wahai para pembaca yang mulia) bersama
dengan saya memperhatikan perbandingan ini :

Kita tadi telah mengatakan : Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pergi ke Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha untuk
meminangnya bagi Zaid bi Haritsah. Awalnya Zainab menolak, karena
pinangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya bersifat
menolong semata, (bukan perintah). Maka tatkala turun ayat, berubahlah
perkaranya menjadi perintah untuk taat (kepada Allah dan RasulNya).

Tidak ada keleluasaan bagi zainab binti Jahsiy sesudah turunnya ayat
itu, kecuali (harus) mendengar dan taat. Dan kalaulah perkaranya hanya
menolong semata, tentu Zainab binti Jahsiy berhak menolak (jika tidak
setuju), karena seorang wanita berhak memilih calon suami, sebagaimana
lelaki memilih calon istri, dan inilah yang terjadi pada kisah Barirah
:

Dan kisahnya Barirah adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari :
"Bahwa 'Aisyah Ummul Mu'minin Radhiyallahu 'anha membeli seorang budak
bernama Barirah, lalu 'Aisyah memerdekakannya. Barirah ini mempunyai
suami bernama Mughis (dan ia juga seorang budak). Maka tatkala
dimerdekakan Barirah mempunyai hak untuk memilih, apakah ia tetap
berdampingan dengan suaminya (yang seorang budak), atau bercerai.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan pilihan baginya.
Ternyata Barirah memilih untuk bercerai dengan suaminya.

Adapun suaminya, sungguh sangat mencintainya dengan kecintaan yang
sangat. Hingga tatkala Barirah memilih bercerai dengannya, ia
berjalan-jalan di belakang Barirah di kampung-kampung kota Madinah
dalam keadaan menangis. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam melihat keadaannya itu, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata kepada paman beliau Abbas : "Tidakkah engkau heran terhadap
kecintaan Mughis kepada Barirah ? sedang Barirah tidak menyukai Mughis
?" Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada
Barirah : "Wahai Barirah, mengapa engkau tidak kembali kepada sumimu?"
sesungguhnya ia adalah suamimu dan ayah dari anak-anakmu!" Maka
Barirah berkata : "Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah atau
hanya mengajurkan saja ?"

Allahu Akbar !! perhatikanlah wahai para pembaca pertanyaan Barirah
ini !! Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah ? Sehingga aku tidak
berhak menyelisihi perintahmu ? atau engkau hanya menganjurkan saja
sehingga aku boleh berpendapat dengan pikiranku? Rasululah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda : "Aku hanya mengajurkan saja !". Barirah
berkata : "Aku tidak membutuhkan suamiku lagi !!"

Disini kami berkata : "Pertama kali Zainab binti Jahsiy menolak untuk
menikah dengan Zaid bin Haritsah, karena masalahnya hanyalah anjuran
semata, maka tatkala turun wahyu perkaranya berubah menjadi ketaatan
atau maksiat.

Zainab binti Jahsiy berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam apakah engkau meridhai aku menikah dengannya ?" Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya". Jika demikian aku tidak
akan mendurhakai Allah dan RasulNya.

Dan juga terhadap Barirah, tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menawarkan agar ia kembali kepada suaminya, ayah dari
anak-anaknya yang tidak dapat bersabar untuk berpisah dengannya,
Barirah meminta penjelasan : "Apakah engkau menyuruhku wahai
Rasulullah ?" Sehingga tidak ada keleluasaan bagiku kecuali harus
mendengar dan taat ? Maka tatkala Rasulullah bersabda : "Aku hanya
menganjurkan" berkatalah Barirah : "Aku tidak membutuhkannya lagi".

Demikianlah adab para Sahabat terhadap Allah dan Rasulnya, serta
beragama karena Allah dan RasulNya dengan sikap mendengar dan taat,
maka Allah menguasakan kepada mereka dunia ini, dan masuklah manusia
ditangan mereka kepada agama Allah secara berbondong-bondong. Adapun
kita, tatkala tidak beradab kepada Allah dan RasulNya, kita bimbang
dan menimbang-nimbang antara perintah dan larangan-laranganNya (kita
kerjakan atau tidak kita kerjakan), maka jadilah keadaan kita ini
sebagaimana yang kita saksikan saat ini, maka demi Allah,
kepadaNya-lah kalian mohon pertolongan, wahai kaum muslimin !

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

"Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi)" [az-Zumar/39 : 54]

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Artinya : Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" [an-Nuur/24 : 31]

[Disalin dari Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. 1/No. 04/
2003 - 1424H, Diterbitkan : Ma'had Ali Al-Irsyad surabaya. Alamat
Redaksi Perpustakaan Bahasa Arab Ma'had Ali Al-Irsyad, Jl Sultan
Iskandar Muda 46 Surabaya]

0 komentar:

Posting Komentar