Rabu, 17 Februari 2010

Senandung – Senandung Syaithan

Oleh : al Ustadz ‘Aunur Rafiq bin Ghufron, Lc.
Malam itu pendengarannku melayang cepat pada sederetan anak muda seusia denganku yang berjajar di ruang teras tetanggaku, yang mana sembari membawa gitar, mereka melantunkan senandung-senandung serta beberapa lagu yang sedang “top in” saat ini.

Aku tersenyum geli saat memandang dan mendengar suara mereka yang bukan lagi agak tetapi sangat sumbang namun dengan penuh semangat mereka bersorak sorai dalam bernyanyi. Mereka balas tersenyum padaku, kemudian kembali asyik medendangkan dan menggemerincingkan gitarnya dengan berbagai syair-syair cinta khas anak muda. Mulut mereka tak henti menyenandungkan bait-bait puitis yang barangkali seakan mereka bersiap menjadi penyanyi ternama kelas kampung…

Itulah sedikit gambaran yang terjadi pada sebagian besar para pemuda dan remaja di tanah air tercinta ini. Seakan mereka tidak dikatakan pemuda dan remaja jika mereka tak bias mendendangkan sebait syair bernada dan menyenandungkan lagu-lagu roman bernuansa cinta serta beralaskan pemujaan terhadap wanita. Tak lupa dalam benak dan keseharian mereka, gemerincing alat musik pun musti mengiringi indahnya lantunan lagu-lagu.

Maka secepat itu pula aku teringat kepada beberapa nasehat para ulama ahlus sunnah yang mereka guratkan dalam seraut tulisan dan ucapan pada kitab-kitab mulia mereka…bersangkutan dengan nyanyian, lagu dan atau musik…

Dan kepada kalian teman-teman dan saudaraku kaum muslimin, wahai kuncup-kuncup yang sedang mekar, yang terdidik untuk mempunyai rasa malu, kusampaikan nasehat-nasehat dari orang-orang mulia ini demi kemuliaan diriku dan kalian…

Wahai saudaraku pemuda, tatkala engkau mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Rabb Maha Mulia yang engkau tunduk kepada-Nya atas perintah dan larangan yang termaktub dalam kitab-Nya…apa yang kau pikirkan ketika engkau menjumpai firman-Nya…

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman ; 06)

Yang diterangkan oleh sahabat Nabi, Abdullah ibn Mas’ud –radliyallahu’anhu- sambil beliau bersumpah tiga kali bahwa lahwul hadits (perkataan tidak berguna) dalam ayat itu adalah al ghina’/ nyanyian. “Demi Allah, yang tiada sesembahan yang haq selain Dia, diulang-ulangnya tiga kali.” (dlm. kitab Tahrim ‘ala Ath Tharb halaman 143)

Teman-teman yang baik, sungguh jikalau suatu penjelasan dari seseorang dengan disertai sumpah, apalagi sumpah itu terucap hingga tiga kali, pun sumpah itu keluar dari bibir sahabat mulia ‘Abdullah ibn Mas’ud maka sungguh ini telah cukup sebagai pelipur lara kalian untuk mengetahui bahwa music yang kita dendangkan selama ini adalah haram, tidak dibenarkan oleh agama yang mulia ini…

Sadarlah wahai temanku yang baik, seandainya kita mencermati kenyataan yang ada, akan jelas bagi kita bahwa nyanyian dan musik itu menghalangi hati dari (memperhatikan dan memahami) Al Qur’an. Bahkan keduanya mendorong untuk terpesona menatap keindahan dunia dan kemaksiatan. Oleh sebab itulah sebagian orang-orang mulia panutan kita yaitu para ulama, menyebutkan nyanyian dan musik-musik ini bagaikan al qur’an-nya syaithan atau tabir yang menghalangi seseorang hamba dari Ar Rahman. Sebagian mereka menyerupakannya dengan mantera yang menggiring orang melakukan perbuatan liwath (homoseks atau lesbian) dan zina, wal’iyadzu billah…

Sadarlah wahai temanku yang baik, kalaupun seandainya mereka mendengar Al Qur’an (dibacakan), tidaklah berhenti gerak mereka dan ayat-ayat itu tidak berpengaruh bagi perasaannya. Sebaliknya apabila dilantunkan sebuah lagu pada manusia-manusia terlena niscaya akan masuklah nyanyian itu dengan segera ke dalam pendengarannya, terbesit dari kedua matanya ungkapan perasaannya, kakinya bergoyang-goyang, menghentak-hentak ke lantai, tangannya bertepuk gembira serta api syahwat kerinduan dalam dirinya pun memuncak.

Ketahuilah teman-temanku yang baik, sungguh lagu-lagu yang kita dendangkan akan serta bisa membuat hati kita menjadi keras, susah menerima kebenaran yang datang dari alquran, serta terbuai dalam angan yang terlalu tinggi tanpa mampu didaki…

Tatkala hati kita telah lalai, maka seluruh amalan kita akan berangsur menjadi nista. Seluruh tindak tanduk kita menjadi hina dan seluruh amalan kita menjadi tersia-sia, karena hati adalah akar dari segala kebaikan diri pun dengan keburukannya…

“Ketahuilah bahwa dalam tubuh ini terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh tubuh ini. Dan sebaliknya apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh ini.” (HR. Al Bukhari 1/126)

Pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa alquran ini terbilang 30 juz…??? Namun telahkah kita menghafal-nya dalam sekedar juz 30…??? Padahal jika kita ditanya tentang lagu, maka sontak semua dari kita menjawab, “aku hafal satu album…!” Maka, celaka manalagi yang melebihi besarnya kecelakaan ini…??? Lagu senandung syaithan lebih dicintai dari pada alquran Firman Ar Rahman…!!!

Seandainya lebih dalam kita renungi perkataan mulia, panutan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam…

“Sungguh akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik … .” (HR. Al Bukhari 10/51/5590)

Perhatikan wahai teman, kata akan ada, tentu menunjukkan sebuah hukum asal dari sebuah perkara…jika “akan ada yang menghalalkan, maka mafhum-nya (dapat dipahami) bahwa hukum sesuatu itu adalah haram…!”

Bukankah demikian…???!!!

Bahkan tatkala kita berada dalam sebuah kendaraan, syaithan-pun senantiasa mengiringi kita agar kita selalu bersenandung. Hal ini ditegaskan oleh ‘Abdullah Ibnu Mas’ud tatkala beliau berkata, “Jika seseorang menaiki kendaraan tanpa menyebut nama Allah, syaithan akan ikut menyertainya dan berkata, ‘Bernyanyilah kamu!’ Dan apabila ia tidak mampu memperindahnya, syaithan berkata lagi : ‘Berangan-anganlah kamu (mengkhayal)’.” (Dikeluarkan oleh Abdur Razzaq dalam buku Al Mushannaf 10/397 sanadnya shahih)

Pun beliau –Abdullah ibn Mas’ud- juga menambahkan,“Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati seperti air menumbuhkan tanaman.” (dikeluarkan Ibnu Abi ad Dunya dan dikatakan shahih isnadnya oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Tahrim ‘alath Tharb ( halaman 145-148 )

Sungguh miris hati ini tatkala melihat saudara-saudara dan teman-temanku kini semakin gemar berebut jatah untuk tampil di panggung-panggung catwalk dengan audisi-audisi pencari bakat dan penyanyi…

Tidak cukupkah bagi kita nasehat indah dari Nabi yang mulia…

“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bagiku --atau mengharamkan-- khamr, judi, al kubah (gendang), dan seluruh yang memabukkan haram.” (HR. Abu Dawud, Al Baihaqi, Ahmad, Abu Ya’la, Abu Hasan Ath Thusy, Ath Thabrani dalam Tahrim ‘alath Tharb halaman 55-56)

Dan tentu, tak dapat disangkal bahwa nyanyian, lagu dan alat music senantiasa akan menjadikan pemain dan pendengarnya, mabuk kepayang penuh dengan buaian dan angan…

Dan titah beliau yang mulia…

Dari ‘Imran Hushain ia berkata,”Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Akan terjadi pada umatku, lemparan batu, perubahan bentuk, dan tenggelam ke dalam bumi.” Dikatakan : “Ya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kapan itu terjadi?” Beliau menjawab : “Jika telah tampak alat-alat musik, banyaknya penyanyi wanita, dan diminumnya khamr-khamr.” (HR. At Tirmidzi, dlm kitab Tahrim ‘alath Tharb halaman 63-64)

Sungguh, titah nabi yang mulia kini telah menjadi nyata…!!!

Betapa banyak penyanyi wanita yang dengan memajang murah keindahan tubuhnya, melantunkan bait demi bait lantunan – lantunan syaithan ini…!!!

Pun dengan seorang lelaki yang dicipta penuh wibawa, seakan menjadi BANCI karena cengeng akibat buaian – buaian lagu yang mereka hanyut di dalamnya. Mungkin di antara sebagian teman-teman ada yang berkata,” baiklah jika nyanyian dan lagu itu haram. Maka kami akan bernasyid islami untuk dakwah…!”

Sepintas kata-kata ini indah, namun racun ataukah madu yang dikandung-nya…???

Wahai akhi-akhi yang kini mulai gemar bernasyid…senantiasa-lah sadar bahwa syaithan itu penuh dengan talbis/tipuan…! Tatkala kita tidak sadar atasnya, maka hancurlah kita…

Maka dengarkan titah ulama kaum muslimin yang mulia tatkala beliau ditanya…

“Wahai syaikh, telah banyak beredar di kalangan pemuda muslim kaset-kaset nasyid yang mereka sebut dengan nasyid islami, bagaimanakah terhadap hal ini…???”

Maka dengan indah asy Syaikh mantan guru besar dari Universitas Islam al Madinah itu memberikan bimbingan…

Jika an-nasyid ini tidak disertai alat-alat musik, maka saya katakan pada dasarnya tidak mengapa, dengan syarat nasyid tersebut terlepas dari segala bentuk pelanggaran syariat, seperti meminta pertolongan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, bertawassul kepada makhluk, demikian pula tidak boleh dijadikan kebiasaan dalam mendengarkannya, karena akan memalingkan generasi muslim dari membaca, mempelajari, dan merenungi Kitab Allah Azza wa Jalla. Dijelaskan oleh nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa…

“Barangsiapa yang tidak membaca Al-Quran dengan membaguskan suaranya, maka dia bukan dari golongan kami.” [HR. Al-Bukhari no. 5023 dan Muslim no. 232-234]

Akan tetapi jelas bahwa yang aku lihat nasyid-nasyid yang disebut nasyid-nasyid agama, dahulunya adalah termasuk kekhususan thariqah-thariqah kaum sufi…

(diambil dan diringkas dari kitab Al-Bayaan Al-Mufiid An Hukmit Tamtsiil Wal Anaasyiid, Abdullah Al-Sulaimani)

Maka, belum terlambat teman…

Segera dan mari kita sadar dari lamunan dan buaian angan dalam nyanyian…

Lekaslah sadar dan tinggalkan senandung-senandung syaithan…

Lekas kembali menyenandungkan dan mentilawahkan firman-firman Ar Rahman…

Serta sejukkan hati kita, cukupkan diri atasnya…dengan al quran…

Merasa lah cukup hati dengannya, dan jangan engkau tambah…

……

Ditulis oleh hamba yang faqir pada ampunan Rabb-Nya, Didit Fitriawan di sebuah fajar yang indah di kota Sidoarjo, menjelang ta’lim bersama al Ustadz ‘Aunur Rafiq bin Ghufron, Lc.

0 komentar:

Posting Komentar