Selasa, 02 Februari 2010

HIKMAH IBADAH HAJI

HIKMAH IBADAH HAJI

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Baz

Diantara Asmaul Husna yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
Al-Hakim yang bermakna : “Yang menetapkan Hukum, atau Yang mempunyai
sifat Hikmah, di mana Allah tidak berkata dan bertindak dengan sia-sia.
Oleh karena itulah semua syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai
kebaikan yang besar dan manfaat yang banyak bagi hamba-Nya di dunia
seperti kebagusan hati, ketenangan jiwa dan kebaikan keadaan. Juga
akibat yang baik dan kemenangan yang besar di kampung kenikmatan
(akhirat) dengan melihat wajah-Nya dan mendapatkan ridha-Nya.

Demikian pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah
syari’atkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar
dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
Dan diantara hikmah ibadah haji ini adalah.

[1]. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan
hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan
haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama
yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak
ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.

Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.

“Artinya : Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk
Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf,
beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj : 26]

Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah
semata-mata kepada Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia,
mebersihkan sekitar Ka’bah dari berhala-berhala, patung-patung,
najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan serta dari segala
hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau umrah
atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan
mereka.

[2]. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Satu umrah sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara
keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR
Bukhari dan Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]

“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke
Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya
ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]

Rafats : jima’ ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan

Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji
atau umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal
inilah yang didambakan oleh setiap mu’min dan mu’minah yaitu meraih
keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.

[3]. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
“Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh”[Al-Hajj : 27]

Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada
manusia. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia
kehendaki (untuk bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam
tersebut dan menyambutnya. Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi
Ibrahim hingga sekarang.

[4]. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]

Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq
(secara umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena
banyaknya dan besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti
akan terjadi baik duniawi maupun ukhrawi.

Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang
dengan niat mencari wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat
orang lain) dan juga bukan karena sum’ah (dibicarakan orang lain).
Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan
(tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara
orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya
(tauhid).

Mereka thawaaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan-Nya, menjalankan
shalat di rumah-Nya, memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji
mereka diterima, dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat
ke nergara masing-masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a
dan merendah diri kepda-Nya.

Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang
yang dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar
mengetahui maknanya, merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan
amalan mereka. Dan bahwa maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah
semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa Dia adalah ‘ilah mereka yang
haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi sewaktu haji
dan lainnya.

[5]. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling
mengenal dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka
datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara
Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di
Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal,
saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong,
membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke
jalan Allah.

Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka
yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus,
jalan kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya, menuju
ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengetahui
kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka mengetahui batas-batas
Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam kebaikan dan taqwa.

[6]. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa
mempelajari agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di
lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi
peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum
agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan
kewajiban mereka dengan ilmu.

Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama.
Kemudian (berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari
seluruh negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli
ilmu. Namun semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah
yang tua.

Maka wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada,
terlebih lagi di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk
mengajari manusia, orang-orang yang menunaikan haji dan umrah,
orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah, tentang agama dan
manasik haji mereka.

Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya)
ia, dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang
tua, urusan ini (belajar agama) lebih penting dan mendesak.

Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah belajar tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Nabi Shallallahu ‘alaihi bersabda : “Barangsiapa yang
dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala memperoleh kebaikan, niscaya
Dia menjadikan faqih terhadap agama” [HR Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab :
14]

Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika
engkau dapati seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunakanlah
kesempatan. Janganlah engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak
bisa diraih oleh orang-orang yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu.
Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan kemauan yang tinggi.

Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [Al-Ahzab : 53]

Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak
akan malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan
menampakkan kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan
tersebut.

[7]. Menyebarkan Ilmu
Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada
saudara-saudaranya yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya
seperjalanan, yang di mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah
dan di segala tempat. Ini adalah kesempatan yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala anugerahkan. Engkau bisa menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa
yang engkau miliki, akan tetapi haruslah dengan apa yang engkau ketahui
berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari
keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang
dari Al-Kitab dan As-Sunnah.

[8]. Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
pada badan mereka ; hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar
mereka dan hendaklah mereka berthawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Ka’bah)” [Al-Hajj : 29]

Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk
memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram.
Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an, tasbih, tahlil,
dzikir. Juga perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan da’wah kepada
jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana banyak orang berkumpul dari
Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk
mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.

[9]. Menunaikan Nadzar
Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya
seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya
untuk memenuhinya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati-Nya” [HR Bukhari]

Maka apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat,
thawaf ataupun ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya
di tanah haram ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan hendaklah mereka menunaikan nadzar” [Al-Hajj : 29]

[10]. Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Miskin
Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada
orang miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri
yang aman ini.

Seseorang dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah sakit dan menolongnya dengan harta serta obat.

Ini semua termasuk manfaat-manfaat haji.

“Artinya : ….agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [Al-Hajj : 28]

[11]. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah,
baik dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan
Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa
ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa
haula wa laa quwata illa billah).

“Artinya : Dari Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Perumpamaan orang yang
mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang
hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin no. 1434]

[12]. Berdo’a Kepada-Nya
Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri
dan terus menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia
menerima amal, membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk
mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ;
agar Dia menolong untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia
ridhai serta agar Dia menolong untuk berbuat baik kepada
hamba-hamba-Nya.

[13]. Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya
Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna
mungkin, dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu
melakukan thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah, melempar
jumrah, maupun sewaktu shalat, qira’atul qur’an, berdzikir, berdo’a dan
lainnya. Juga hendaknya mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.

[14]. Menyembelih Kurban
Di antara manfaat haji adalah menyembelih (binatang) kurban, baik yang
wajib tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun tidak wajib yaitu
untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sewaktu haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
berkurban 100 ekor binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban.
Kurban itu adalah suatu ibadah, karena daging kurban dibagikan kepada
orang-orang miskin dan yang membutuhkan di hari-hari Mina dan lainnya.

Demikianlah sebagian hikmah dari ibadah haji (rukun Islam yang ke lima)
mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaatnya, dan senantiasa diberi
petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta diberi kemudahan untuk
menunaikannya. Amin

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun III/1419H/1999M, Disadur
oleh Abu Shalihah dari Majalah Al-Furqon nomor 72 hal.18-21. Penebit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton
Gondangrejo – Solo 57183 ]

http://www.almanhaj.or.id/content/2296/slash/0

0 komentar:

Posting Komentar